Setelah selesai mengerjakan praktikum ini diharapkan
dapat:
Memahami
prinsip-prinsip dasar dalam kromatografi kertas.
Mampu
melakukan pemisahan campuran menjadi komponennya dengan kromatografi kertas.
Dasar Teori
Asam amino adalah senyawa organic
yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (NH2) yang sama
(disebut C “alfa”). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina
memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan asam amino bersifat amfoterik.
Cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam.
Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter ion. Asam amino
termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu
fungsinya sangat penting dalam organisme yaitu sebagai penyusun protein.
Struktur asam amino secara umum
adalah satu atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus
karboksil (-COOH), atom hydrogen (H) dan satu gugus sisa (R dari residue) atau
disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan
asam amino lainnya. Atom C pusat tersebut dinamai atom C alfa sesuai dengan
penamaan senyawa bergugus karboksil yaitu atom C yang berikatan langsung dengan
gugus karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat pada atom C alfa ini
senyawa tersebut merupakan asam alfa amino. Asam amino biasanya
diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping tersebut menjadi empat
kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah, basa
lemah, hidrofilik jika polar dan hidrofobik jika non polar.
Alat
- Corong
- Gelas beker 400 mL
- Kapas
- Gelas ukur
- Kromatografi kertas (kertas saring)
Bahan
- Telur
- Butanol
- Asam asetat glasial
- Akuades
- Penyemprot ninhidrin (0,5 % larutan ninhidrin dalam butanol)
- Standar glisin
- 0,01 M larutan asam amino dalam propanol
Skema Kerja
- Mengambil putih telur ayam.
- Sebelum penanganan dengan metode kromatografi kertas sebaikknya gunakan sarung tangan untuk menghindari kontaminasi asam amino yang berasal dari keringat di permukaan kulit.
- Menyiapkan pelarut pengembang atau fasa gerak dengan komposisi 24 mL butanol, 5 mL asam asetat glasial dan 10 mL akuades.
- Masukkan fasa gerak ke dalam beker gelas.
- Potong kertas saring 4x10 cm dan totolkan sampel dan standar glisin.
- Tentukan Rf dari sampel dan standar.
Pengamatan
Sampel dan standar tidak dapat terelusi/naik secara
sempurna karena pelarutnya tidak sesuai.
Pembahasan
Asam amino
adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino yang terdapat sebagai
komponen protein yang mempunyai gugus –NH2 pada atom karbon alpha dari posisi
gugus –COOH. struktur asam amino adalahsebagai berikut :
Dari rumus umum tersebut dapat
dilihat bahwa atom karbon alpha ialah atom karbon asimetrik, kecuali bila R
adalah atom H. Oleh karena itu asam amino juga memiliki sifat memutar bidang
cahaya terpolarisasi atau aktifitas optic. Oleh karena itu atom karbon itu
asimetrik maka molekul asam amino mempunyai dua konfigurasi D dan L. hal ini
dapat dibandingkan dengan konfigurasi molekul monosakarida.
Standar asam
amino yang dipakai adalah glisin. Glisin atau asam aminoetanoat adalah asam
amino alami paling sederhana. Rumus kimianya C2H5NO2. Asam amino ini bagi
manusia bukan merupakan asam amino esensial karena tubuh manusia dapat
mencukupi kebutuhannya. Glisin merupakan satu-satunya asm amino yang tidak
memiliki isomeric optic karena gugus residu yang terikat pada atom karbon alpha
adalah atom hydrogen. Sehingga terjadi simetri. Glisin merupakan asam amino yang
mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi karena strukturnya sederhana.
Penggantian glisin dengan asam amino lain akan merusak struktur dan membuat
protein tidak berfungsi dengan normal. Tubuh manusia memproduksi glisin dalam
jumlah mencukupi. Glisin berperan dalam sistem saraf sebagai inhibitor
neurotransmitter sistem saraf pusat (CNS).
Pada umumnya
asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organic non polar
seperti eter, aseton dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan asam karboksilat
maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun aromatic yang
terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam air tetapi larut
dalam pelarut organic. Demikian pula amina pada umumnya tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam pelarut organic.
Prinsip dari
percobaan pemisahan asam amino secara kromatografi menggunakan kertas yang fase
geraknya dengan menggunakan eluen asam asetat glasial. Identifikasi dilakukan
dengan membandingkan jarak noda yang dihasilka setelah penyemprotan dengan
ninhidrin. Dan setelah itu membandingkan nilai Rf dari standard dan sampel.
Cara melakukan
pemisahan dengan kromatografi ini cukup sederhana. Campuran atau sampel putih
telur ayam ras diteteskan sedikit demi sedikit pada kertas kromatografi (kertas
saring) pada titik tertentu dan standar glisin juga diteteskan sedikit demi
sedikit pada kertas saring yang sama tetapi pada titik tertentu. Kemudian ujung
kertas saring dicelupkan kedalam pelarut asam asetat glasial. Pelarut ini akan
naik berdasarkan proses kapilaritas dan akan membawa senyawa-senyawa dalam
sampel tersebut. Setelah pelarut
mencapai bagian atas atau garis akhir, kertas diangkat dari pelarut kemudian
dibiarkan kering dengan sendirinya di udara. Dengan proses ini asam-asam amino
akan terpisah satu dengan yang lainnya. Tetapi pada percobaan kali ini
noda-noda dari hasil elusi tidak terlihat kemungkinan tidak terlihat oleh kasat
mata sehingga perlu digunakan sinar uv untuk melihatnya. Hasil yang didapat
tetap negative, spot-spot noda tidak terlihat. Alternative selanjutnya dengan
penyemprotan pereaksi ninhidrin pada kertas kromatografi tersebut dan dilihat
lagi dengan sinar uv tetapi spot noda masih juga belum teerlihat. Jadi dapat
disimpulkan bahwa spot noda tidak terbentuk karena eluen tidak membawa
senyawa-senyawa asam amino. Karena spot noda tidak terbentuk maka Rf tidak
dapat diketahui sehingga Rf=0.
Percobaan kali
ini dinyatakan gagal karena tujuan yang dicari adalah menentukan harga Rf. Hal
ini dapat terjadi karena adanya beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama
karena asam amino belum terpecah sehingga pelarut tidak dapat menarik asam
amino karena adanya zat lain yang terdapat dalam sampel. Pemisahan asam amino
dengan hidrolisis. Asam amino dalam telur ayam ras dihidrolisis menggunakan
asam sulfat pekat.
Kemungkinan
kedua karena pelarut atau fase gerak yang digunakan tidak cocok. Menurut
literature fase gerak merupakan campuran dari beberapa zat atau
larutan-larutaan tertentu dengan kepolaran yang berbeda-beda, fungsinya adalah
agar fase gerak dapat membawa jenis-jenis senyawa yang terkandung di dalam
sampel yang sejenis dengan kepolaran eluen. Campuran pelarut atau eluen menurut
literature adalah n-butanol, asam asetat glasial dan air dengan perbandingan
8:2:8.
Jika
dibandingkan dengan harga Rf asam amino standar yakni standar glisin adalah
Rf=0,26, sedangkan Rf dari hasil percobaan adalah 0. Harga Rf dipengaruhi oleh
eluen.
Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat
disimpulkan bahwa prinsip dasar kromatografi kertas adalah pemisahan asam amino
dengn menggunakan kertas saring yang fase geraknyaasam asetat glasial. Setelah
itu ditentukan harga Rf dari jarak noda yang dihasilkan.
Percobaan kali ini dinyatakan
gagal karena harga Rf tidak dapat ditentukan atau Rf=0 sedangkan Rf standar
glisin= 0,26.
Daftar Pustaka
Day, RA., Junior dan A.L. Underwood, 2006, Analisis
Kimia Kuantitatif Edisi Keenam, Jakarta, Erlangga.
Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Pres,
Jakarta.
0 Response to "Praktikum kimia kromatografi 1 ||Identifikasi asam amino dengan kromatografi kertas||"
Post a Comment