Praktikum kromatografi 2 Percobaan 6 ||Analisis kafein dengan menggunakan TLC||

Tujuan
Dapat mengetahui prinsip kerja analisis dengan TLC
Dapat menentukan kandungan kafein dalam minuman the dengan menggunakan TLC.

Dasar teori
Teh hitam dan hijau dihasilkan dari tanaman yang sama, camellia sinensis, jadi kedua the ini secara alami mengandung kafen dengan jumlah yang serupa. Ada banyak tipe the yang mengandung jumlah kafein yang berbeda, selain itu kandungan kafein dalam minuman the dapat sangant bervariasi tergantung pada metode penyeduhan dan kepekatan yang diinginkan. Rata-rata the mengandung 20-30 mg kafein per 100 mL.
Kafein dapat larut di dalam air, khususnya air hangat. Salah satu teknik untuk mengidentifikasi adanya kafein di dalam the dapat digunakan dengan metode TLC.

Alat

Seperangkat alat TLC
Plat KLT
Chamber
Pipet volume
Propipet
Neraca analitik
Labu takar
Pipa kapiler

Bahan
Kafein
Akuades
Methanol
Etil asetat
Teh

Langkah kerja

  1. Persipan sampel . sampel the dilarutkan dengan menggunakan air hangat. Perbandingan antara the dan air 1:1.
  2. Persiapan standar. Larutan standar kafein dibuat dengan konsentrasi 10, 20, 40, 80, dan 100 ppm dengan menggunakan pelarut methanol.
  3. Persiapan fasa gerak. Fase gerak dibuat dengan mencampurkan antara etil asetat dan methanol (3:1). Larutan fase gerak dibuat sebanyak 25 mL.
  4. Pengembangan. Totolkan larutan standard an sampel pada plat KLT.

Data pengamatan

Konsentrasi                  Rf                            luas area

10 ppm                           0,36                        916,8

20 ppm                           0,37                        1791,7

40 ppm                           0,37                        2642,7

80 ppm                           0,38                        3347,5

100 ppm                        0,38                        4170,2

Sampel                           0,37                        3325.0

Analisis data

Diperoleh persamaan garis

Y = 32,013 x + 973,09

R2 = 0,9447

Konsentrasi sampel

Y = 32,013x + 973,09

3325  = 32,013x + 973,09

2351,91 = 32,013x

X = 73,4673 ppm

Jadi konsentrasi sampel adalah 73,4673 ppm.

Pembahasan

Kafein adalah senyawa alkaloid xantina berbentuk Kristal pada suhu ruang dan berasa pahityang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretic ringan. Kafein merupakan obat perangsang sistem pusat syaraf pada manusia dan dapat mengusir rasa kantuk secara sementara. Kafein merupakan alkaloid yang tergolong turunan purin dalam keluarga methyl xa nthine bersama senyawa terfilin teobromin. Pada keadaan asal kafein adalah serbuk putih yang pahit. Rumus kimianya ialah C6H10N4O2 dan nama sistematik kafein adalah 1,3,7-trimetyl xanthine dan 3,7-dihidro-1,3,7-trimetil-1-H-purin-2,6-dione. Kafein ini ditemukan oleh seorang jerman friedrich ferdinan runge pada tahun 1819. Kafein secara alamiah dijumpai pada bahan pangan seperti biji kopi, daun the, buah kola, dan guarana. Kafein merupakan suatu metabolit sekunder dari golongan alkaloid yang bersifat non polar, fasa gerak yang digunakan adalah campuran dari etil asetal dan methanol.

Percobaan kali ini bertujuan untuk memahami metode penetapan kadar kafein secara kuantitiatif dengan TLC scanner. Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu metode pemisahan campuran analit dengan mengelusinya melalui fasa diam yang datar pada plat penyangga. Suatu campuran zat dapat dipisahkan dengan teknik KLT berdasarkan perbedaan afinitas masing-masing komponen terhadap fasa gerak dan fasa diamnya. Komponen yang telah terpisah besar serapannya dapat diukur dengan TLC scanner. Kadar dari sampel dapat ditentukan dari perbandingan anatara serapan sampel dan bakunya. Instrumentasi pada TLC scanner terdiri dari sumber cahaya, alat seleksi lamdha. Sistem kondensor dan fokus, sistem optic, detector fotosensitisasi, mekanisme menggerakkan lempeng ke bawah berkas cahaya terfokus.

Dalam percobaan ini fasa diam yang digunakan adalah silica gel berukuran 6 x 11 cm. sedangkan fasa gerkanya berupa methanol dan etil asetat dengan perbandingan 1:3. Methanol merupakan senyawa semipolar karena memiliki gugus –OH yang bersifat polar dan gugus CH3 yang bersifat non polar. Oleh sebab itu methanol digunakan sebagai fase gerak untuk pemisahan senyawa yang menggunakan silica gel yang bersifat polar sebagai fasa diam. Selain itu pula sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah kafein yang dilarutkan pada methanol. Penggunaan pelarut methanol yang bersifat semi polar diharapkan agar proses pengelusian tidak berlangsung cepat ataupun tidak berlangsung lambat. Proses pengelusian yang terlalu cepat ataupun lambat juga tidak baik untuk hasil pemisahan nantinya.

Selama proses dan sebelum proses, chamber harus ditutup dengan rapat kemudian didiamkan beberapa lama dan dijaga agar tidak mengalami pergeseran untuk mencegah terjadinya ketidakjenuhan pelarut. Kondisi jenuh dalam chamber dengan uap pelarut mencegah penguapan pelarut. Waktu penjenuhan chamber harus diperhatikan agar chamber tidak lewat jenuh yang dapat memperlambat proses elusi dan menghasilkan pemisahan yang kurang baik. Setelah itu dilakukan penotolan sampel pada plat KLT dengan penotolan linomat dengan jarak 1 cm tiap penotolan. Sampel yang ditotolkan harus memiliki ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin karena jika sampel yang digunakan terlalu banyak akan menurunkan resolusi. Selain itu penotolan yang tidak tepat akan menyebabkan bercak yang menyebar ke puncak ganda. Pelebaran bercak dapat mengganggu proses scanning dengan TLC karena memungkinkan terjadinya himpitan puncak. Setelah dilakukan penotolan sampel pada plat yang dilakukan selanjutnya adalah proses pengelusian pada chamber yang telah dijenuhkan. Volume fasa gerak sebaiknya dibuat sesedikit mungkin namun dapat mengelusi lempeng sampai batas jarak pengembangan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kontaminasi selama proses elusi.

Dengan TLC scanner diperoleh konsentrasi kafein berdasarkan sifat absorbs yang dimiliki oleh kafein. Hasil yang didapatkan berupa kromatogram yang selanjutnya diolah menjadi data. Data yang diperoleh merupakan kurva baku. Dari kurva baku yang dihasilkan selanjutnya dibandingkan dengan membaca absorbansi/luas area kafein pada berbagai konsentrasi. Setelah itu kurva absorbansi dicari persamaan garisnya dengan menggunakan regresi linear. Dari hasil perhitungan didapatkan persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 32,013 x + 973,09

Dimana y adalah nilai luas area sampel dan x adalah konsentrasi kafein. Dari hasil perhitungan diperoleh kadar kafein adalah sebesar 73,4673 ppm.

Kesimpulan

Prinsip kerja analis dengan TLC scanner adalah kafein diukur berdasarkan sifat absorpsi yang dimiliki oleh kafein. TLC merupakan suatu instrument yang dapat mengukur intensitas radiasi yang direfleksikan dari permukaan lempeng ketika disinari dengan lampu uv.

Kadar sampel kafein yang ditentukan dengan TLC scanner sebesar 73,4673 ppm.

Daftar pustaka

Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Gandjar, IG dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Sastrohamidjoyo, 1985, Kromatografi, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

0 Response to "Praktikum kromatografi 2 Percobaan 6 ||Analisis kafein dengan menggunakan TLC||"

Post a Comment

Labels

kimia analisis mikribiologi laporan praktikum kromatografi kromatografi 1 Spektroskopi kimia anorganik Analisis Elektrokimia Elektrokimia kimia fisika Praktikum Biokimia analis kimia gas gugus kromofor kafein kimia prinsip spektrofotometer UV-Vis reaksi uji iodin Analisis Kuantitatif Terhadap Lemak/Minyak Baku Mutu Limbah Cair untuk Cr(VI) Cara Pembuatan Preparat Eritrodextrin GC Gc-ms Habitat Protozoa Hukum Avogadro Isolasi Jamur Isolasi Mikroba Karakteristik protozoa Ksp Materi Tes Biokimia Pemeriksaan Bakteri Khusus Penetapan Amilase (Wohlgemuth) Perbedaan single beam dan double beam Prinsip bilangan penyabunan Prinsip bilangan peroksida Reaksi kromium dengan difeni karbazid TLC Uji Katalase additive adsorbsi akuades alkaloid analisis Cr3+ dan Co2+ analisis KMnO4 analisis besi analisis dua komponen analisis enzim analisis kafein analisis karbohidrat analisis krom analisis protein asam askorbat asam askorbat adalah bentuk spektra panjang gelombang KMnO4 bola jatuh butanol cara kerja viskometer oswald cara membuat nata cyclic voltametry daerah uv-vis deret normal alkohol entalphi entalphi pembakaran deret normal alkohol enzim esel etanol faktor pengaruh uji enzim fungsi HNO3 fungsi gibbs fungsi konsentrasi fungsi penggunaan KBr fungsi pupuk za garam gliserol gugus fungsional asam salisilat hidrogen hidrolisis larutan gula hplc hukum Charles hukum Lambert-Beer hukum boyle hukum dalton hukum froundich indeks diastase urine interaksi radiasi isolasi nikotin isoterm adsorbsi kadar metilen blue kadar protein telur ayam kalor pembakaran karbondioksida kckt komponen minyak nilam kopi kromatografi 2 kromatografi gas laju reaksi metanol metode metode titrasi metode wohlgemuth minuman bersoda minyak kayu putih minyak nilam molar gas molekul nata de coco nata de soya nikotin oksigen panjang gelombang maksimum Cr3+ dan Co2+ panjang gelombang metilen blue panjang geombang vitamin C penentuan kadar vitamin C dengan titrasi pengaruh suhu terhadap enzim pengompleks pentanol percobaan 3 persamaan kuadrat polarimeter prinsip penentuan kadar protein prinsip polarisasi prinsip spektrofotometer prinsip spektroskopi IR prinsip viskometer oswald propanol proses penyamakan kulit protozoa adalah prsamaan nernst ptyalin adalah pupuk Za radius molekul reaksi I2 dengan vitamin C reaksi analisis vitamin C reaksi argentometri volhard reaksi hidrolisis larutan gula reaksi orde pertama reaksi pengendapan reaksi pengoksidasian minyak reaksi penyabunan reduksi oksidasi rumus molekul vitamin C sakarin senyawa kompleks sifat protein sifat-sifat enzim sifat-sifat kimia spektrofotometer UV-Vis Single beam spektrofotometer double beam spektrofotometeter UV-Vis Single beam spektroskopi IR spesifikasi spektrofotometer stoikiometri struktur minyak/lemak syarat gugus kromofor teh tembakau termodinamika tes biuret tetapan laju reaksi uji air liur uji enzim uji saiva viskometer oswald viskositas vitamin C