Praktikum Kimia Fisika 1 Percobaan 3 ||Penentuan Entalphi Pembakaran Deret Normal Alkohol||

Tujuan 
Penentuan entalphi pembakaran deret normal alcohol ini adalah agar kita nantinya bisa menentukan entalphi pembakaran deret normal dalam alcohol sehingga ini nantinya bisa kita jadikan acuan dalam kegiatan yang akan kita laksanakan

Dasar teori
            Kalor pembakaran suatu zat yaitu jumlah kalor yang dihasilkan apabila suatu molekul zat tersebut direaksikan dengan oksigen dalam suhu yang tinggi secara sempurna. Kalor pembakaran zat organic dinyatakan sebagai banyaknya kalor yang dihasilkan untuk mengoksidasi zat organic menjadi gas CO2 dan H2O untuk senyawa yang mengandung C, H dan O sedangkan untuk zat organic yang mengandung N maka akan menghasilkan gas N2.
              Salah satu contoh senyawa organic yang dapat dioksidasi dan menghasilkan kalor adalah senyawa golongan alcohol. Normal alcohol dengan rantai alkil pendek sangat efektif sebagai bahan bakar alternative. Reaksi oksidasi alcohol dengan oksigen menjadi air dan gas CO2 akan menghasilkan tenaga. Besarnya kalor yang dihasilkan menjadi air dan gas CO2 akan menghasilkan tenaga. Besarnya kalor yang dihasilkan pada pembakaran alcohol menjadi unsure-unsurnya dan kemudian dari unsure-unsur tersebut dengan oksigen terbentuk H2O dan CO2 dapat ditentukan.
             Deret normal alcohol adalah deret dari bentuk alcohol yang tidak mempunyai rantai samping sama sekali, jadi semua alcohol ini merupakan alcohol primer yang tidak berantai sampaing, misalnya methanol, etanol, propanol, butanol, pentanol, dan seterusnya.
Kalor reaksi pembakaran dapat ditentukan. Jika kalor pembakaran negative (delta H negative) berarti untuk membentuk zat tersebut akan dikeluarkan tenaga atau panas sehingga pada pembakaran alcohol akan menghasilkan banyak tenaga. Makin panjang rantai CH2 semakin besar kalor pembakarannya, dengan satu kenaikan tenaga yang seimbang.
            Besarnya entalphi pembakaran deret normal alcohol dapat ditentukan dengan menggunakan azas black yang menyatakan bahwa jumlah kalor yang dihasilkan sama dengan jumlah kalor yang diserap.

Alat
  1. Gelas piala
  2. Lampu spritus
  3. Kaki tiga
  4. Kasa
  5. Thermometer
  6. Corong
  7. Neraca analitik
Bahan
  1. Methanol
  2. Etanol
  3. Propanol
  4. Butanol
  5. Pentanol

Langkah kerja
  1. Timbang 200 g akuades dalam gelas pila. Catat suhu mula-mulanya.
  2. Isi lampu spritus dengan propanol sebagai standar yang sudah diketahui lebih dahulu panas pembakarannya (delta Hcomb). Timbang dan catat sebagai massa mula-mula sebelum dibakar.
  3. Nyalakan pembakar untuk memanaskan air. Aduk dan amati setiap terjadi kenaikan suhu 20 derajat C.
  4. Padamkan api dengan tutup (jangan ditiup) dan tempat pembakar ditimbang lagi sehingga dapat diketahui massa alcohol yang terbakar. Hitung selisih massa mula-mula dikurangi massa setelah dibakar.
  5. Ulangi langkah 1 sampai 4 untuk alcohol yang lain (methanol, etanol, butanol, dan pentanol).

Pembahasan
                  Metanol dikenal sebgai metal alcohol, wood alcohol atau spritus yang merupakan senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Ia merupakan bentuk alcohol paling sederhana. Pada keadaan atmosfer ia berbentuk cairn yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringa dari pada etanol). Ia digunakan sebagai bahan pendingin anti beku. Pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additive bagi etanol industry. Reaksi kimia methanol yang terbakar diudara akan membentuk karbondioksida dan air.
                Api dari methanol biasanya tidak berwarna. Oleh karena itu kita harus berhati-hati bila berada dekat methanol yang terbakar untuk mencegah cedera akibat api yang tidak terlihat. Selai itu karena sifatnya yang beracun. Methanol dibuat dari etanol yang ditambahkan bahan aditif untuk penggunaan diindustri. Penambahan ini akan menghindarkan industry dari pajak yang dapat dikenakan karena etanol merupakan bahan utama untuk minuman keras.
Etanol disebut juga etil alcohol atau alcohol saja yang merupakan sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna dan merupakanalkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan thermometer modern. Etanol termasuk ke dalam alcohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O.
            Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusi. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan dan obata-obatan. Dalam kinia etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya.
             Butanol adalah suatu alcohol yang dapat digunkana sebagai bahan bakar mesin bensin pada pembakaran internal tanpa modifikasi mesin. Keuntungan dari butanol adalah angka oktannya dan kandungan energinya tinggi, sekitar 10% lebih rendah daripada bensin. Butanol adalah hidrokarbon rantai panjang bersifat non polar, tidak larut dalam air dan titik nyalanya tinggi serta mempunyai tekanan uap rendah (0,3 psi). kelemahan utama butanol bersifat toksik.
              Pada praktikum ini kita akan membahas tentang kalor pembakaran. Kalor pembakaran merupakan salah satu konsep dari termokimia yang dikategorikan sebgaia jenis-jenis kalor reaksi. Penegertian dari kalor pembakaran adalah kalor yang dilepaskan atau diserap oleh pembakaran 1 mol unsure atau senyawa dan diberi symbol delta Hc (c adalah symbol dari reaksi pembakaran, c= combuction).
              Kalor pembakaran pada percobaan ini yaitu methanol, etanol, propanol, butanol, dan pentanol. Dari proses praktikum dilaboratorium untuk menentukan kalor pembakaran pada Bunsen/spritus yang berisi methanol diawali dengan proses pemanasan air. Sebelum memanaskan air yang akan digunakan untuk memanaskan air ditimbang terlebih dahulu menggunakan neraca. Sehingga didapatkan massa methanol awal sebesar 210,7 gram. Air sebanyak 200 gram dengan suhu awal (t1) sebesar 25 derajat C. setelah suhu air mencapai 20 derajat C spritus dimatikan. Berarti t2 sebesar 45 derajat C. Kemudian spritus kembali ditimbang (bila sudah tidak panas lagi) dan didapatkan massa methanol sebesar 206,0 gram. Jadi massa methanol yang digunkan dalam proses pemanasan air hingga mencpai 45 derajat C adalah 4,7 gram. Pada proses pembakaran ini akan melibatkan O2 dari udara dan akan dihasilkan karbondioksida dan uap air sebagai produk reaksi.
             Kalor pembakaran bersifat negative berarti untuk mmbentuk suatu zat tersebut akan dikeluarkan tenaga atau pans sehingga pada pembakaran alcohol akan dihasilkan banyak tenaga. Makin pnjang rantai CH2 semakin besar kalor pembakarannya.
             Besarnya entaplhi pembakaran deret normal alcohol dapt ditentukan dengan menggunkan asas black yang menyatakan bahwa jumlah kalor yang dihasilkan sam dengan jumlah kalor yang diserap. Dari hasil analisisi data harga air dari alat adalah -6,168 kj/derajat C, dari panas pembakaran metano -726 kj/mol.
        Dalam setipa proses pembakaran akan selalu terjadi pelepasan kalor dan menghasilkan karbondiokasida dan uap air sebagai produk reaksi. Sedangkan pada media berupa spritus dengan bahan bakar etanol yang prosedurnya sama seperti diatas massa spritus awal adalah 203,3 gram an setelah memanaskan air untuk mencapai suhu air 20 derajat C massa spritus menjadi 198,2 gram. Jadi massa spritus untuk memanskan air tersebut adalah 5,1 gram. Berdasarkan hasil perhitungan pada hasil pengamatan didapat harga air dari alat -8,426 kj/derajat C dan hasil perhitungan dari pengamatan bahwa harga air dari alat untuk propanol -6,731 kj/derajat C, butanol -5,579 kj/derajat C dan untuk pentanol -5,565 kj/derajat C.

Kesimpulan
Hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pada proses pembakaran methanol, etanol, propanol, butanol dan pentanol berlangsung reaksi eksoterm (pelepasan kalor dari system ke lingkungan) dan akan melibatkan O2 dari udara serta akan dihasilkan karbondioksida dan uap air sebagai produk akhirnya.

Daftar pustaka
Petrucci, R., 1985, Kimia Dasar, Prinsip dan Teapan Modern, Jkarta, Erlangga.
Syukri, 1999, Kimia Dasar II, Bandung, ITB Press.
Id.wikipedia.kalor pembakran/14:30/7-05-2012.

0 Response to "Praktikum Kimia Fisika 1 Percobaan 3 ||Penentuan Entalphi Pembakaran Deret Normal Alkohol||"

Post a Comment

Labels

kimia analisis mikribiologi laporan praktikum kromatografi kromatografi 1 Spektroskopi kimia anorganik Analisis Elektrokimia Elektrokimia kimia fisika Praktikum Biokimia analis kimia gas gugus kromofor kafein kimia prinsip spektrofotometer UV-Vis reaksi uji iodin Analisis Kuantitatif Terhadap Lemak/Minyak Baku Mutu Limbah Cair untuk Cr(VI) Cara Pembuatan Preparat Eritrodextrin GC Gc-ms Habitat Protozoa Hukum Avogadro Isolasi Jamur Isolasi Mikroba Karakteristik protozoa Ksp Materi Tes Biokimia Pemeriksaan Bakteri Khusus Penetapan Amilase (Wohlgemuth) Perbedaan single beam dan double beam Prinsip bilangan penyabunan Prinsip bilangan peroksida Reaksi kromium dengan difeni karbazid TLC Uji Katalase additive adsorbsi akuades alkaloid analisis Cr3+ dan Co2+ analisis KMnO4 analisis besi analisis dua komponen analisis enzim analisis kafein analisis karbohidrat analisis krom analisis protein asam askorbat asam askorbat adalah bentuk spektra panjang gelombang KMnO4 bola jatuh butanol cara kerja viskometer oswald cara membuat nata cyclic voltametry daerah uv-vis deret normal alkohol entalphi entalphi pembakaran deret normal alkohol enzim esel etanol faktor pengaruh uji enzim fungsi HNO3 fungsi gibbs fungsi konsentrasi fungsi penggunaan KBr fungsi pupuk za garam gliserol gugus fungsional asam salisilat hidrogen hidrolisis larutan gula hplc hukum Charles hukum Lambert-Beer hukum boyle hukum dalton hukum froundich indeks diastase urine interaksi radiasi isolasi nikotin isoterm adsorbsi kadar metilen blue kadar protein telur ayam kalor pembakaran karbondioksida kckt komponen minyak nilam kopi kromatografi 2 kromatografi gas laju reaksi metanol metode metode titrasi metode wohlgemuth minuman bersoda minyak kayu putih minyak nilam molar gas molekul nata de coco nata de soya nikotin oksigen panjang gelombang maksimum Cr3+ dan Co2+ panjang gelombang metilen blue panjang geombang vitamin C penentuan kadar vitamin C dengan titrasi pengaruh suhu terhadap enzim pengompleks pentanol percobaan 3 persamaan kuadrat polarimeter prinsip penentuan kadar protein prinsip polarisasi prinsip spektrofotometer prinsip spektroskopi IR prinsip viskometer oswald propanol proses penyamakan kulit protozoa adalah prsamaan nernst ptyalin adalah pupuk Za radius molekul reaksi I2 dengan vitamin C reaksi analisis vitamin C reaksi argentometri volhard reaksi hidrolisis larutan gula reaksi orde pertama reaksi pengendapan reaksi pengoksidasian minyak reaksi penyabunan reduksi oksidasi rumus molekul vitamin C sakarin senyawa kompleks sifat protein sifat-sifat enzim sifat-sifat kimia spektrofotometer UV-Vis Single beam spektrofotometer double beam spektrofotometeter UV-Vis Single beam spektroskopi IR spesifikasi spektrofotometer stoikiometri struktur minyak/lemak syarat gugus kromofor teh tembakau termodinamika tes biuret tetapan laju reaksi uji air liur uji enzim uji saiva viskometer oswald viskositas vitamin C