Praktikum kimia kromatografi 1 ||Analisis lipstick dengan kromatografi lapis tipis (KLT)||

Tujuan
Mampu mengetahui salah satu aplikasi analisis KLT.
Mampu melakukan pemisahan senyawa kimia yang terdapat di dalam lipstick dengan kromatografi lapis tipis.

Dasar teori
Komposisi lipstick terdiri dari lemak, minyak, pewarna dan beberapa senyawa kimia yang lain. Warna dari lipstick umumnya merupakan unsur aluminium, kalsium, atau barium dengan kadar 15-20%. Analisis senyawa yang digunakan pada lipstick dapat dipisahkan dengan kromatografi lapis tipis.

Alat
Plat KLT
Gelas beker
Plastic
Karet
Corong
Gelas ukur
Pipet ukur

Bahan
Lipstick
N-heksana
Kloroform
Methanol
Akuades
Isoamil alcohol
Aseton
Ammonium hidroksida

Langkah Kerja
Preparasi sampel
  1. Siapkan larutan untuk ekstraksi (heksana, kloroform, methanol, dan akuades) masing-masing sebanyak 2 mL.
  2. Masukkan campuran larutan tersebut ke dalam gelas beker.
  3. Tambahkan ke dalam gelas beker sedikit lipstick yang telah disediakan.
  4. Tutup dengan menggunakan plastic.
  5. Campur hingga homogeny dan diamkan kurang lebih 5 menit (larutan sampel siap dilakukan pengembangan kromatografi).
Pengembangan kromatografi
  1. Disiapkan fasa gerak (eluen) yang dibuat dari campuran 7,5 mL isoamil alcohol; 4,5 mL aseton; dan 3 mL akuades serta 0,75 mL ammonium hidroksida.
  2. Eluen dimasukkan ke dalam chamber (gelas beker).
  3. Totolkan sampel pada plat KLT.
  4. Tentukan Rf masing-masing spot noda.

Pengamatan dan Analisis Data
Preparasi sampel = terdapat lapisan minyak dan larutan bening menjadi oranye kemerahan.
Heksana = 2 mL
Kloroform = 2 mL
Methanol = 2 mL
Akuades = 2 mL
Komposisi eluen
Isoamil alcohol (pentanol) =  7,5 mL
Aseton = 4,5 mL
Akuades = 3 mL
NH4OH = 0,75 mL
Hasil
Spot noda ungu Rf = dr/dm = 6,3 cm/6,7 cm = 0,94
Spot noda putih Rf = dr/dm = 2,5 cm/6,7 cm = 0,3

Pembahasan
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fasa yaitu fasa dian dan fasa gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase geraknya akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang sudah tertahan pada fase diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat (Imam Haqiqi, 2010).
Kromatografi yang digunakanpada praktikum kali ini adalah teknik kromatografi lapis tipis yang merupakan salah satu metode analisis kualitatif dengan cara memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan tingkat kepolarannya. Pada KLT plat tipis berfungsi sebagai fasa diam serta eluen berfungsi sebagai fasa gerak. Pelat tipis tersebut adalah plat silica gel yang bersifat polar. Fasa gerak akan bergerak melalui fasa diam dan membawa komponen-komponen dengan kecepatan yang berbeda untuk komponen yang berbeda.
Pada percobaan ini teknik kromatografi yang digunakan adalah kromatografi lapis tipis. Pada KLT menggunakan plat tipis sedangkan pada kromatografi kertas menggunakan kertas. Dalam plat tipis mengandung silica gel yang berfungsi sebagai fasa diam sedangkan pada kertas mengandung selulosa sehingga proses elusinya lebih lama. Perbedaan lainnya dari kedua kromatografi tersebut adalah pembentukan noda pada adsorbennya dimana pada KLT noda yang dihasilkan lebih tajam dibandingkan noda yang Nampak dalam KK. Hal ini disebabkan pada KK penyususn dari adsorben berupa selulosa yang dapat mengikat air, sehingga ketika dielusi dengan suatu pelarut atau fase gerak maka noda yang dihasilkan mengalami penyebaran akibat terdapatnya gugus –OH dalam adsorben yang masih tertinggal dalam fase diamnya sehingga penampakan nodanya terlihat lebih pudar dan bentuk nodanya tidak bulat. Sedangkan dalam KLT adsorben yang digunakan berupa silica gel yang tidak mengikat molekul air, sehingga noda yang tercipta lebih terfokus dan tajam. Tetapi pada percobaan kali ini spot noda terlihat jelas bila menggunakan sinar UV. Diperjelas dengan melihatnya dibawah sinar UV. Sehingga dapat diukur spot noda yang terbentuk. Untuk spot noda warna ungu panjang fase diamnya (dR) adalah 6,3 cm, sedangkan fase geraknya (dm) adalah 6,7 cm sehingga didapat harga Rf sebesar 0,94. Untuk spot noda putih fasa diamnya (dR) adalah 2,5 cm sedangkan fasa geraknya (dm) adalah 6,7 cm sehingga harga Rf sebesar 0,3.

Kesimpulan
Dari hasil percobaan didapat hasil salah satu aplikasi analisis KLT adalah untuk menganalisis kandungan bahan yang ada pada sampel lipstick. Sehingga terbentuk 2 spot noda yaitu ungu dan putih dari sampel lipstick. Dan harga Rf noda ungu sebesar 0,94 sedangkan Rf noda putih sebesar 0,3.

Daftar Pustaka
Underwood. 2010. Analisa Kimia Kuantitatif edisi 6. Jakarta: Erlangga.
Haqiqi. 2010. Kromatografi Lapis Tipis. Nadjeeb.files.wordprees.com/2012/10/kromatografi.pdf.
Huda, Thorikul. 2011. Panduan Praktikum Kromatografi 1. FMIPA UII. Yogyakarta.


0 Response to "Praktikum kimia kromatografi 1 ||Analisis lipstick dengan kromatografi lapis tipis (KLT)||"

Post a Comment

Labels

kimia analisis mikribiologi laporan praktikum kromatografi kromatografi 1 Spektroskopi kimia anorganik Analisis Elektrokimia Elektrokimia kimia fisika Praktikum Biokimia analis kimia gas gugus kromofor kafein kimia prinsip spektrofotometer UV-Vis reaksi uji iodin Analisis Kuantitatif Terhadap Lemak/Minyak Baku Mutu Limbah Cair untuk Cr(VI) Cara Pembuatan Preparat Eritrodextrin GC Gc-ms Habitat Protozoa Hukum Avogadro Isolasi Jamur Isolasi Mikroba Karakteristik protozoa Ksp Materi Tes Biokimia Pemeriksaan Bakteri Khusus Penetapan Amilase (Wohlgemuth) Perbedaan single beam dan double beam Prinsip bilangan penyabunan Prinsip bilangan peroksida Reaksi kromium dengan difeni karbazid TLC Uji Katalase additive adsorbsi akuades alkaloid analisis Cr3+ dan Co2+ analisis KMnO4 analisis besi analisis dua komponen analisis enzim analisis kafein analisis karbohidrat analisis krom analisis protein asam askorbat asam askorbat adalah bentuk spektra panjang gelombang KMnO4 bola jatuh butanol cara kerja viskometer oswald cara membuat nata cyclic voltametry daerah uv-vis deret normal alkohol entalphi entalphi pembakaran deret normal alkohol enzim esel etanol faktor pengaruh uji enzim fungsi HNO3 fungsi gibbs fungsi konsentrasi fungsi penggunaan KBr fungsi pupuk za garam gliserol gugus fungsional asam salisilat hidrogen hidrolisis larutan gula hplc hukum Charles hukum Lambert-Beer hukum boyle hukum dalton hukum froundich indeks diastase urine interaksi radiasi isolasi nikotin isoterm adsorbsi kadar metilen blue kadar protein telur ayam kalor pembakaran karbondioksida kckt komponen minyak nilam kopi kromatografi 2 kromatografi gas laju reaksi metanol metode metode titrasi metode wohlgemuth minuman bersoda minyak kayu putih minyak nilam molar gas molekul nata de coco nata de soya nikotin oksigen panjang gelombang maksimum Cr3+ dan Co2+ panjang gelombang metilen blue panjang geombang vitamin C penentuan kadar vitamin C dengan titrasi pengaruh suhu terhadap enzim pengompleks pentanol percobaan 3 persamaan kuadrat polarimeter prinsip penentuan kadar protein prinsip polarisasi prinsip spektrofotometer prinsip spektroskopi IR prinsip viskometer oswald propanol proses penyamakan kulit protozoa adalah prsamaan nernst ptyalin adalah pupuk Za radius molekul reaksi I2 dengan vitamin C reaksi analisis vitamin C reaksi argentometri volhard reaksi hidrolisis larutan gula reaksi orde pertama reaksi pengendapan reaksi pengoksidasian minyak reaksi penyabunan reduksi oksidasi rumus molekul vitamin C sakarin senyawa kompleks sifat protein sifat-sifat enzim sifat-sifat kimia spektrofotometer UV-Vis Single beam spektrofotometer double beam spektrofotometeter UV-Vis Single beam spektroskopi IR spesifikasi spektrofotometer stoikiometri struktur minyak/lemak syarat gugus kromofor teh tembakau termodinamika tes biuret tetapan laju reaksi uji air liur uji enzim uji saiva viskometer oswald viskositas vitamin C