Tujuan
Mampu
mengetahui teknik pembuatan plat KLT.
Mampu
melakukan pemisahan campuran menjadi komponennya dengan kromatografi lapis
tipis.
Dasar Teori
Kromatografi lapis tipis (KLT),
yang dikenal juga denga nama Thin Layer Chromatography atau TLC adalah salah
satu alat pemisah dan alat uji senyawa kimia secara kualitatif dan kuantitatif
(Moffat, 1986). Senyawa yang dapat diuji berupa senyawa tunggal maupun campuran
dari produk pabrik, hasil sintetis, isolasi dari hewan percobaan, maupun dari
tanaman dan mikroorganisme. Alat ini merupakan alat yang mudah penggunaannya,
murah dan selektif, walaupun sekarang telah dikembangkan. Pengembangan KLT
meliputi perkembangan teknologi karena alat pembuat lapisan tipis, jenis fase
diam, alat penotol, alat pelacak bercak sudah dapat dilakukan secara otomatis.
Alat
Kaca
ukuran 10 cm x 20 cm
Erlenmeyer
Chamber
Oven
Holder
penebar
Mikropipet/pipa
kapiler
Gelas
piala
Bahan
Silica
gel
Akuades
Kafein
Etil
asetat
Methanol
Kertas
saring
Plat
KLT
Langkah Kerja
Pembuatan plat KLT
- Pembuatan lapisan tipis fase diam 12,5 gram silica gel (untuk membuat 4-5 lapisan tipis dengan ukuran 10cm x 20 cm) dan masukkan dalam Erlenmeyer bertutup.
- Tambahkan akuades sebanyak dua kali penimbang silica (dalam mL) dan tambahkan lagi sebanyak 5 mL.
- Homogenkan campuran dengan penggojokan selama 30detik.
- Tuang campuran yang sudah rata ke dalam holder penebar yang telah dipasang diatas lempeng kaca. Tebal lapisan sekitar 0,25 mm.
- Campuran suspense silica diratakan dengan cara menarik holder secara satu arah.
- Biarkan mongering , setelah kering dapat disimpan.
- Setiap akan digunakan lempeng fase diam diaktifkan dulu dalam oven dengan suhu 105 derajat Celsius selama 30 menit.
Penentuan Rf kafein
- Diukur volume eluen yang dibutuhkan berdasarkan volume chamber.
- Eluen dibuat dari campuran etil asetat : methanol (3:1) sebanyak 16 mL.
- Eluen dimasukkan ke dalam chamber,ditutup dan dijenuhkan dengan kertas saring.
- 10 mikro liter larutan kafein 3% ditotolkan diatas plat KLT yang telah dibuat.
- Plat KLT yang telah ditotoli dimasukkan ke dalam chamber untuk dielusi sampai batas yang ditentukan dan di oven selama 30 menit pada suhu 50 derajat C.
- Plat KLT selanjutnya disinari dengan sinar UV pada panjang gelombang 254 nm.
- Nilai Rf kafein.
Pengamatan
Eluen/fase gerak= etil asetat 12 mL + methanol 4 mL
Fase diam= silica gel
dR= 3,2 cm
dm= 5 cm
Rf= dR/dm = 3,2 cm/5 cm = 0,64
Warna spot noda= ungu
Pembahasan
Kromatografi adalah teknik
pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam
medium tertentu. Pada kromatografi komponen-komponennya akan dipisahkan antara
dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menhan komponen
campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen
yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang
mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat (Imam Haqiqi, 2008).
Kromatografi lapis tipis (KLT)
merupakan salah satu metode analisis kualitatif dengan cara memisahkan
komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Pada KLT, pelat tipis
berfungsi sebagai fasa diam dan eluen berfungsi sebagai fasa gerak. Pada
percobaan ini digunakan pelat silica gel yang bersifat polar. Fasa gerak akan
bergerak melalui fasa diam dan membawa komponen-komponen dengan kecepatan yang
berbeda untuk komponen yang berbeda.
Kafein ialah senyawa kimia yang
dijumpai secara alami di dalam makanan contohnya biji kopi, the, biji kelapa, dan
guarana. Kafein terkenal dengan rasanya yang pahit dan berlaku sebagai
perangsang sistem saraf pusat, jantung, dan pernafasan. Kafein juga bersifat
diuretic (dapat dikeluarkan melalui air kencing).
Pada percobaan kali ini teknik
kromatografi lapis tipis yang digunakan adalah suatu plat tipis (aluminium)
yang berfungsi untuk tempat jalannya adsorben sehingga proses perpindahan
analit oleh solventnya dapat berjalan. Hal inilah yang membedakan antara
kromatografi kertas dengan kromatografi lapis tipis. Pada KLT menggunakan plat
tipis sedangkan pada kromatografi kertas menggunakan kertas (lapisan selulosa)
sehingga proses elusinya lebih lama kira-kira 10-20 menit lebih lama dari KK
untuk bahan yang sama. Perbedaan lainnya dari kedua kromatografi tersebut adalah
pembentukan noda pada adsorbennya dimana pada KLT noda yang dihasilkan lebih
tajam dibandingkan noda yang Nampak dalam KK. Hal ini disebabkan pada KK
penyusun dari adsorbennya berupa selulosa yang dapat mengikat air sehingga
ketika dielusi dengan suatu pelarut atau fase gerak maka noda yang dihasilkan
mengalami penyebaran akibat terdapatnya gugus –OH dalam adsorben yang masih
tertinggal dalam fase diamnya sehingga penampakan nodanya terlihat lebih pudar
dan bentuk nodanya tidak bulat. Sedangkan dalam KLT adsorben yang digunakan
berupa silica gel (SiO2) yang tidak mengikat air, sehingga noda yang tercipta
lebih terfokus dan tajam. Tetapi pada percobaan kali ini spot nod terlihat
jelas saat noda terlihat dalam sinar UV.
Fase gerak yang digunakan yakni
etil asetat dan methanol dengan perbandingan 3:1 mula-mula pembuatan plat KLT
gagal dibuat karena silica gel yang dituang ke kaca tidak mendapat hasil yang
baik dikarenakan silica gel yang digunakan bukan silica gel yang halus.
Sehingga percobaan kali ini menggunakan plat KLT yang sudah jadi.
Penotolan sampel pada plat KLT
dandielusikan di dalam chamber berisi fase gerak. Sebelumnya plat KLT diberi
tanda terlebih dahulu, yait tanda batas bawah dan batas atas dengan pensil
bukan menggunakan tinta karena pewarna dari tinta akan bergerak atau ikut
terelusi. Hal ini dapat mempengaruhi proses pengelusian senyawa sampel. Di
dalam chamber yang telah diisi eluen yang merupakan campuran antara etil asetat
dan methanol. Dengan perbandingan 3:1. Eluen tersebut terlebih dahulu
dijenuhkan disini chamber ditutup rapat dengan tujuan agar meyakinkan bahwa
atmosfer dalam gelas kimia jenuh dengan uap pelarut. Penjenuhan udara dalam
gelas kimia dengan uap menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan
pergerakan pelarut dalam KLT. Setelah chamber jenuh maka plat KLT dimasukkan ke
dalam chamber. Ketika pelarut mulai membasahi plat/lempengan pelarut akan
melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada batas
bawah. Senyawa akan bergerak pada plat sperti bergeraknya pelarut. Setelah itu
terbentuk beberapa spot noda karena sampel akan ikut berinteraksi dengan silica
yang ada pada lempengan, senyawa yang terelusi menunjukkan bahwa senyawa
tersebut paling tinggi kepolarannya, disini noda belum tampak, setelah gambar noda
terlihat dalam sinar uv hasilnya diperoleh jarak yang ditempuh pelarut (dR) 3,2
cm dan jarak yang ditempuh fase geraknya (dm) 5 cm. sehingga nilai Rf dari
kafein diperoleh 0,64, sedangkan harga Rf kafein murni/standar adalah 0,52.
Perbedaan ini dikarenakan kurang telitinya praktikan saat menjalankan
praktikum.
Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat
disimpulkan bahwa cara pembuatan plat KLT yaitu dengan silica gel yang
diencerkan dengan akuades yang kemudian dituangkan dalam kaca holder penebar,
dan diratakan satu arah, kemudian dikeringkan dalam oven. Pemisahan campuran
menjadi komponen-komponennya dapat dilakukan dengan kromatografi lapis tipis
menggunakan plat KLT.
Daftar Pustaka
Underwood. 2011. Amalisa Kimia Kuantitatif edisi
Keenam. Jakarta. Erlangga.
Haqiqi. 2008. Kromatografi Lapis Tipis.
Nadjeeb.files.wordprees.com/2012/24/11/kromatografi.pdf.
0 Response to "Praktikum kimia kromatografi 1 ||Pembuatan plat KLT dan penentuan kafein dengan KLT||"
Post a Comment