Praktikum Spektroskopi 2 || Penentuan Kandungan Tembaga (Cu) pada Abu Vulkanik dengan Spektrofotometer Serapan Atom ||

Tujuan
Mempelajari preparasi sampe abu vulkanik dan kandungan mineralnya dianalisis dengan SSA.

Dasar Teori
Beberapa tahun terakhir ini penentuan logam berat dalam suatu cuplikan abu vulkanik mendapat perhatian yang lebih dibidang pengawasan lingkungan. Semenjak keberadaan logam berat kebanyakan dalam jumlah konsentrasi yang sangat rendah, maka teknik yang sangat snsitif menjadi sangat diperlukan. Semakin meningkatnya penggunaan spektrofotometer serapan atom (SSA) sebagai alat untuk analisis, tuntutan akan teknik penanganan beberapa matriks cuplikan yang lebih luas menjadi makin meningkat, walaupun teknik SSA sangat bagus digunakan dalam analisis abu vulkanik secara langsung, tetapi SSA ini mempunyai keterbatasan yang disebabkan adanya matriks pengganggu atau terlalu rendahnya konsentrasi unsur/senyawa itu sendiri. Contohnya logam Pb yang mempunyai batas deteksi untuk analisis SSA hanya 500 ppb (0,500 ppm). Jika kandungan Pb yang akan dianalisis tersebut kurang dari atau sama dengan 0,500 ppm maka logam Pb tersebut tidak dapat terbaca dengan baik dalam SSA.

Logam berat sperti Cu, Cd, dan Pb merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena unsur ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Logam ini memiliki tendensi untuk bioakumulasi. Keracunan yang disebabkan oeh kadmium dapat bersifat akut dan keracunan kronis.  Logam Cd merupakan logam asing dalam tubuh dan tidak dibutuhkan dalam proses metabolisme. Logam ini teradsorbsi oleh tubuh manusia yang akan menggumpal di dalam ginjal, hati dan sebagian dibuang keluar melalui saluran pencernaan. Keracunan Cd dapat mempengaruhi otot poos pembuluh darah. Akibatnya tekanan darah menjadi tinggi yang kemudian bisa menyebabkan terjadinya gagal jantung dan kerusakan ginjal.

Alat
  1. Kaca arloji
  2. Gelas piala
  3. Pemanas listrik
  4. Labu ukur
  5. Botol pereaksi polietilen
  6. Pipet ukur
  7. Pengaduk kaca
  8. Corong
  9. Botol kaca
  10. Ayakan
  11. Timbangan analitik
  12. Alat SSA Perkin Elmer 5100 PC
  13. Erlenmeyer

Bahan
  1. HNO3 pekat
  2. HCl pekat
  3. Akuades
  4. CuSO4.5H2O
  5. Kertas saring
  6. Sampel abu vulkanik

Cara Kerja
Pembuatan Larutan Standar Cu 1000 ppm
  1. Sebanyak 3,862 gram CuSO4.5H2O dimasukkan ke dalam gelas piala 100 mL dan diarutkan dengan 1 mL HNO3 pekat.
  2. Larutan dipanaskan agar CuSO4.5H2O terarut sempurna kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan diencerkan dengan akuades hingga tanda batas.
  3. Larutan dihomogenkan, dimasukkan dalam botol pereaksi polietilen dan diberi label.

Pembuatan Larutan Standar Cu 0, 2, 4, 6, dan 8 ppm
  1. Sebanyak 0; 0,2; 0,4; 0,6 dan 0,8 mL larutan standar Cu 1000 ppm, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL kemudian diencerkan dengan akuades hingga tanda batas kemudian digojog.
  2. Larutan diukur absorbansinya dengan SSA pada panjang gelombang 324,8 nm kemudian dibuat kurva standar konsentrasi versus absorbansi dan diperoleh persamaan regresi liniarnya.

Preparasi Sampel
  1. Sebanyak 5 gram sampel yang telah diayak kemudian didestruksi dengan 15 mL HCl pekat dan ditambahkan 5 mL HNO3 pekat dan diaduk.
  2. Larutan dipanaskan selama 5 menit hingga agak kering, kemudian disaring dengan kertas saring biasa. Sebanyak 1 mL filtrat kemudian ditepatkan dengan akuades hingga 100 mL.
  3. Larutan sampel diukur absorbansinya dengan SSA pada panjang gelombang 324, 8 nm untuk Cu; 228,8 nm untuk Cd dan 283,3 untuk Pb, kemudian ditentukan kadar logam pada sampel.

Pembahasan
Abu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan bahkan ribuan kilometer dari kawah karena pengaruh hembusan angin. Abu vulkanik yang dipakai pada percobaan kali ini adalah abu dari letusan gunung Merapi. Kandungan logam berat yang bisanya terdapat pada abu vulkanik adalah adanya unsur Fe, Al, Mg, Si, Pb, Cd, dan Cu. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis spektrofotometer serapan atom untuk penentuan kandungan dan kadar Cu pada sampel abu vulkanik. Metode spektrofotometer serapan atom digunakan karena alat ini mampu mengukur kadar logam dalam jumlah kecil dan spesifik untuk setiap unsur tanpa diperlukan pemisahan.

Logam Cu berpotensi toksik terhadap tanaman dan berbahaya bagi manusia karena bersifat karsinogenik. Logam tembaga merupakan bahan pencemar tanah. Walaupun tanah telah terkontaminasi bahan pencemar dalam jumlah yang cukup besar tetapi kemungkinan masalah yang timbul berasal dari beberapa unsur saja. Unsur yang bersifat meracuni tanaman atau menurunkan produksi jika konsentrasinya tinggi yakni termasuk tembaga (Cu). Namun dalam konsentrasi yang rendah beberapa unsur mikro tersebut bermanfaat untuk tanaman ataupun ternak.

Metode SSA berprinsip pada absorbansi cahaya oleh atom. Atom-atom mnyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu tergantung pada sifat unsurnya. Metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan dan tidak bergantung pada temperatur. Setiap alat SSA terdiri atas tiga komponen yaitu unit teratomisasi, sumber radiasi, sistem pengukur fotometrik, berikut skema alat SSA:


Preparasi sampel dilakukan untuk memperoleh kadar Cu total yang ada dalam sampel abu vulkanik dengan proses pemanasan sampel dengan asam kuat atau disebut destruksi. Asam kuat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah 15 mL HCl pekat dan 5 mL HNO3 pekat. Metode destruksi dilakukan untuk merubah sampel menjadi bahan yang dapat diukur.

Setelah sampel didestruksi kemudian dianalisis dengan SSA. Dari hasil analisis menggunakan SSA didapatkan hasil konsentrasi sampel yang ditambahkan dengan Cu (sampel buatan) sebesar 70,1754 ppm sedangkan sampel murni dari abu vulkanik sebesar 28,7719 ppm. Kedua sampel diperlakukan dengan cara yang sama dan dengan larutan standar seri Cu 100 ppm dengan konsentrasi 0, 2, 4, 6 dan 8 ppm.

Kesimpulan
Preparasi sampel abu vukanik dilakukan dengan cara destruksi dalam suasana asam dengan menggunakan larutan HNO3 pekat dan HCl pekat. Metode denstruksi bertujuan untuk merubah sampe menjadi bahan yang dapat diukur sehingga kadar Cu dapat diketahui dengan dianalisis menggunakan spektrofotometer serapan atom.
Kandungan Cu yang berada pada abu vulkanik sebesar 28,7719 ppm.

Daftar Pustaka
Darmono, 1995, Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup, Universitas Indonesia, Jakarta.
Darmono, 2001, Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Universitas Indonesia, Jakarta.
Palar, 1994, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Rineka Cipta, Jakarta.
Ratdomopurbo, 2007, Prekursor Erupsi Gunung Merapi, BPPTK BG, Yogyakarta.
Khopkar, 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, Terjemahan Saptorahadjo, UI Pres, Jakarta.
Widowati, 2008, Efek Toksik Logam, Andi Offset, Yogyakarta.

0 Response to "Praktikum Spektroskopi 2 || Penentuan Kandungan Tembaga (Cu) pada Abu Vulkanik dengan Spektrofotometer Serapan Atom ||"

Post a Comment

Labels

kimia analisis mikribiologi laporan praktikum kromatografi kromatografi 1 Spektroskopi kimia anorganik Analisis Elektrokimia Elektrokimia kimia fisika Praktikum Biokimia analis kimia gas gugus kromofor kafein kimia prinsip spektrofotometer UV-Vis reaksi uji iodin Analisis Kuantitatif Terhadap Lemak/Minyak Baku Mutu Limbah Cair untuk Cr(VI) Cara Pembuatan Preparat Eritrodextrin GC Gc-ms Habitat Protozoa Hukum Avogadro Isolasi Jamur Isolasi Mikroba Karakteristik protozoa Ksp Materi Tes Biokimia Pemeriksaan Bakteri Khusus Penetapan Amilase (Wohlgemuth) Perbedaan single beam dan double beam Prinsip bilangan penyabunan Prinsip bilangan peroksida Reaksi kromium dengan difeni karbazid TLC Uji Katalase additive adsorbsi akuades alkaloid analisis Cr3+ dan Co2+ analisis KMnO4 analisis besi analisis dua komponen analisis enzim analisis kafein analisis karbohidrat analisis krom analisis protein asam askorbat asam askorbat adalah bentuk spektra panjang gelombang KMnO4 bola jatuh butanol cara kerja viskometer oswald cara membuat nata cyclic voltametry daerah uv-vis deret normal alkohol entalphi entalphi pembakaran deret normal alkohol enzim esel etanol faktor pengaruh uji enzim fungsi HNO3 fungsi gibbs fungsi konsentrasi fungsi penggunaan KBr fungsi pupuk za garam gliserol gugus fungsional asam salisilat hidrogen hidrolisis larutan gula hplc hukum Charles hukum Lambert-Beer hukum boyle hukum dalton hukum froundich indeks diastase urine interaksi radiasi isolasi nikotin isoterm adsorbsi kadar metilen blue kadar protein telur ayam kalor pembakaran karbondioksida kckt komponen minyak nilam kopi kromatografi 2 kromatografi gas laju reaksi metanol metode metode titrasi metode wohlgemuth minuman bersoda minyak kayu putih minyak nilam molar gas molekul nata de coco nata de soya nikotin oksigen panjang gelombang maksimum Cr3+ dan Co2+ panjang gelombang metilen blue panjang geombang vitamin C penentuan kadar vitamin C dengan titrasi pengaruh suhu terhadap enzim pengompleks pentanol percobaan 3 persamaan kuadrat polarimeter prinsip penentuan kadar protein prinsip polarisasi prinsip spektrofotometer prinsip spektroskopi IR prinsip viskometer oswald propanol proses penyamakan kulit protozoa adalah prsamaan nernst ptyalin adalah pupuk Za radius molekul reaksi I2 dengan vitamin C reaksi analisis vitamin C reaksi argentometri volhard reaksi hidrolisis larutan gula reaksi orde pertama reaksi pengendapan reaksi pengoksidasian minyak reaksi penyabunan reduksi oksidasi rumus molekul vitamin C sakarin senyawa kompleks sifat protein sifat-sifat enzim sifat-sifat kimia spektrofotometer UV-Vis Single beam spektrofotometer double beam spektrofotometeter UV-Vis Single beam spektroskopi IR spesifikasi spektrofotometer stoikiometri struktur minyak/lemak syarat gugus kromofor teh tembakau termodinamika tes biuret tetapan laju reaksi uji air liur uji enzim uji saiva viskometer oswald viskositas vitamin C